Super Toy

Sambil berbuka puasa, aku mengikuti siaran berita Metro Hari Ini.
Sesuap nasi dan pecel yang disiapkan istriku terasa terhenti di tenggorokan. Di TV, belasan petani di Desa Grabag, Kecamatan Grabag, Purworejo membakar tanaman padinya. Mereka putus asa, setelah merasa dikibuli PT SHI. Palin tidak, kesan itu yang bisa kutangkap dari narasi yang dibacakan reporter Metro TV.
Petani itu kesal, karena tanaman padi yang benihnya didapatkan dari PT SHI ternyata gagal panen, 80% gabug. Padahal April 2008 yang lalu, Presiden meresmikan panen raya padi jenis varitas Super Toy ini, di desa Grabag itu. Sang narator pun memberitakan, bahwa ada informasi bahwa PT SHI ini adalah binaan Cikeas Center. Saat itu PT SHI mengklaim, benih ini bisa dipanen 3 kali, tanpa olah tanah kembali. Huebat..! Petani menuntut karena PT SHI pernah berjanji akan memberi ganti rugi jika gagal panen.
Aku makin tak bisa menghabiskan sisa nasi pecelku. Tayangan berikutnya adalah bantahan Heru Lelono — sang staf ahli presiden. Aku ingat persis, Heru Lelono inilah yang membawa Djoko si “penemu banyugeni” ke Cikeas, yang ternyata adalah omong kosong belaka. Sampai akhirnya, kewibawaan lembaga kepresidenan merosot gara-gara kasus ini.
Sebagai anak petani, aku tidak tahu harus bersikap bagaimana.
Seandainya petani itu benar, bahwa mereka berhak mendapat ganti rugi, maka ini adalah kali kesekian mereka selalu diposisikan pada pihak yang harus kalah. Tetapi, mengapa mereka harus membakar sawah mereka?
Seandainya SHI itu binaan Cikeas Center, mungkin ini adalah pelajaran berharga bagi punggawa di sana untuk berhati-hati dengan Heru Lelono. Jangan-jangan ini juga bo’ong belaka…